Rabu, 01 April 2020

Tugas Perekonomian Indonesia Materi Minggu ke 5 Tentang Distribusi Pendapatan di Indonesia


PEREKONOMIAN INDONESIA


Disusun Oleh :

Kelas : 1EB16
Materi minggu ke-5
          20219103   Adam Rizky Hidayat             
          21219317   Bela Ananda Kurniawati       
   26219520   Vira Sabilillah Febriyana


UNIVERSITAS GUNADARMA
ATA 2019/2020


Distribusi Pendapatan Di Indonesia
            Distribusi pendapatan adalah penyaluran pendapatan ke tiap anggota masyarakat dari hasil pekerjaan, jasa atau niaga. Distribusi pendapatan adalah bagaimana tingkat penyebaran pendapatan di suatu wilayah atau daerah.
            Apabila dalam suatu wilayah terjadi ketimpangan kekayaan, itu artinya distribusi pendapatan di wilayah tersebut belum berjalan dengan efektif. Ketimpangan kekayaan yang menciptakan jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin tersebut bisa jadi karena kesalahan sistem dalam distribusi pendapatan atau bisa jadi karena sistem yang ada belum diaplikasikan secara maksimal dalam kehidupan.
            Menurut laporan Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) kesenjangan antara penduduk kaya dan miskin di antara negara-negara anggotanya semakin melebar. Hal senada juga terjadi di Indonesia. Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listianto mengatakan, berdasarkan teori Koefisien Gini yang melihat ketimpangan berdasarkan distribusi pendapatan suatu negara, Indonesia memiliki peringkat koefisien sebesar 0,43 akhir tahun 2014 lalu. Angka tersebut meningkat dari tahun 2004-2005 lalu yang hanya berkisar di angka 0,34-0,35. Berdasarkan klaim pemerintah, ada peningkatan pendapatan baik di penduduk kaya maupun miskin. Hanya saja peningkatan pendapatan di penduduk miskin kalah cepat dengan penduduk kaya.Ini disebabkan banyak faktor salah satu yang utama adalah pertumbuhan di sejumlah sektor yang juga mengalami ketimpangan. Saat ini sektor-sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan umumnya tak menyerap banyak tenaga kerja.
            Menurut Dumairy (1996, h.53-54), distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduk di negara tersebut. Terdapat berbagai kriteria atau tolak ukur untuk menilai kemerataan distribusi tersebut, diantaranya ada beberapa cara, yaitu :

·         Kurva Lorenz
            Kurva Lorenz menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan nasional di kalangan lapisan-lapisan penduduk, secara kumulatif pula. Kurva ini pula memperlihatkan hubungan kuantitatif antara persentase jumlah penduduk dan persentase pendapatan yang diperoleh selama kurun waktu tertentu, biasanya setahun.
            Kurva Lorenz terletak di dalam sebuah bujur sangkar yang sisi vertikalnya melambangkan persentase kumulatif pendapatan nasional, sedangkan sisi horizontalnya mewakili persentase kumulatif penduduk. Kurva Lorenz “ditempatkan” pada diagonal utama bujur sangkar tersebut.

(a) Jika Kurva Lorenz semakin dekat dari diagonal (semakin lurus), maka kurva tersebut mencerminkan keadaan yang semakin merata
(b) Jika kurva lorenz semakin jauh dari diagonal (semakin lengkung), maka kurva tersebut mencerminkan keadaan yang semakin buruk, yaitu distribusi pendapatan nasional semakin timpang atau tidak merata.

·         Rasio Gini
      Rasio Gini atau koefisien adalah alat mengukur derajat ketidakmerataan distribusi penduduk. Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah ukuran ketidakmerataan atau ketimpangan agregat (secara keseluruhan) yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan yang sempurna). Koefisien Gini dapat diperoleh dengan menghitung rasio bidang yang terletak antara garis diagonal dan kurva Lorenz dibagi dengan luas separuh bidang di mana kurva Lorenz itu berada.
      Suatu distribusi pendapatan makin merata jika nilai Koefisien Gini mendekati nol (0). Sebaliknya, suatu distribusi pendapatan dikatakan makin tidak merata jika nilai Koefisien Gininya makin mendekati satu. Perhatikan tabel berikut:
Tabel: Patokan Nilai Koefisien Gini

·         Kriteria bank dunia
Saat ini, Bank Dunia membagi negara-negara di dunia dalam empat kelompok pendapatan, yakni kelompok negara berpendapatan rendah dengan pendapatan per kapita per tahun sebesar US$995 ke bawah, negara berpendapatan menengah ke bawah di kisaran US$996-3.895, negara berpendapatan menengah ke atas US$3.896-12.055, dan negara pendapatan tinggi atau maju yakni di atas US$12.056. Adapun pada akhir tahun lalu, Indonesia mencatatkan pendapatan nasional per kapita sebesar US$ 3.840.
Ia menjelaskan pada rentang waktu 1996 hingga 2016, tiap 1% kenaikan penduduk Indonesia di perkotaan hanya menciptakan peningkatan 1,4% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita. Ini sangat kecil dibanding negara-negara berkembang lain di Asia Timur dan Pasifik yang dapat menciptakan 2,7% PDB per kapita.
Selain koofisien gini, dalam menilai pendapatan nasional dapat menggunakan kriteria yang di tetapkan oleh Bank Dunia. Adapun standar Bank Dunia Adalah sebagai berikut :

·         Faktor faktor penyebab terjadinya kemiskinan
Secara umum, definisi kemiskinan adalah suatu kondisi ketika seseorang atau kelompok tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan pangan, sandang, tempat tinggal, pendidikan dan kesehatan yang layak.
Hal ini juga biasanya ditentukan oleh pemerintah melalui penetapan garis kemiskinan yang ditentukan dengan ekonomi. Karena tingkat kesejahteraan masayarakat ditentukan oleh kebijakan ekonomi pemerintah. Jadi kemiskinan bisa juga disebabkan oleh gagalnya perkembangan ekonomi yang direncanakan pemerintah.
Setiap negara memiliki anggota masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan, tentunya di setiap negara permasalahan kemiskinan ini telah menjadi masalah yang global. Kemiskinan juga dapat diartikan sebagai kekuarangan dalam kesejahteraan dan perampasan terhadap kebebasan untuk mencapai sesuatu dalam hidup seorang manusia.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan adalah :

1.      Tingkat pendidikan yang rendah

            Pendidikan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi setiap orang. Bila seseorang tidak memenuhi kebutuhan pokoknya, tersebut tidak dapat dipenuhi oleh orang tersebut, dapat disimpulkan bahwa itulah penyebab kemiskinan.
            Dalam kontek ini penyebab kemiskinan adalah kebutuhan pokok yang merupakan pendidikan. Tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan seseorang cenderung kurang memiliki keterampilan, wawasan, dan pengetahuan yang memadai untuk kehidupannya.
            Sedangkan untuk dunia kerja maupun dunia usaha, pendidikan adalah modal untuk bersaing dalam mendapatkan kesejahteraan nantinya. Oleh karena itulah terjadi banyak pengangguran dan penyebab kemisikinan disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah ini.

2.      Malas bekerja/berusaha

            Hal ini yang paling sering menjangkiti seseorang yang tak ingin maju dan beranggapan bahwa kemiskinan itu adalah takdir. Hal-hal tersebut membuat seseorang tidak bergairah dan bersikap acuh tak acuh untuk bekerja, dan mengantarkan mereka kepada kemiskinan dan membuat kesejahteraannya menghilang.

3.      Terbatasnya Lapangan Pekerjaan

            Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal seseorang harus mampu menciptakan lapangan kerja baru sedangkan secara faktual hal tersebut sangat kecil kemungkinanya bagi masyarakat miskin karena keterbatasan modal dan keterampilan. 


T E R I M A  K A S I H

Daftar pustaka
Permana  A., (2012). Benefit Incidence Analysis Terhadap Bantuan Operasional Sekolah Untuk SMP Swasta di Kota Semarang. Skripsi S1, Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Tahun 2012
https://blog.ruangguru.com/pendapatan-perkapita-dan-distribusi-pendapatan-nasional
https://berkas.dpr.go.id/puskajianggaran/kamus/file/kamus-17.pdf
https://katadata.co.id/berita/2019/10/03/bank-dunia-ri-belum-mampu-naik-kelas-dari-negara-menengah-bawah
https://www.zaipad.com/faktor-penyebab-kemiskinan/