PEREKONOMIAN INDONESIA
Disusun Oleh :
Kelas : 1EB16
Materi minggu ke-5
20219103 Adam Rizky
Hidayat
21219317 Bela Ananda
Kurniawati
26219520 Vira Sabilillah Febriyana
UNIVERSITAS GUNADARMA
ATA 2019/2020
Distribusi
Pendapatan Di Indonesia
Distribusi pendapatan adalah
penyaluran pendapatan ke tiap anggota masyarakat dari hasil pekerjaan, jasa
atau niaga. Distribusi pendapatan adalah bagaimana tingkat penyebaran
pendapatan di suatu wilayah atau daerah.
Apabila dalam suatu wilayah terjadi
ketimpangan kekayaan, itu artinya distribusi pendapatan di wilayah tersebut
belum berjalan dengan efektif. Ketimpangan kekayaan yang menciptakan jurang
pemisah antara yang kaya dan yang miskin tersebut bisa jadi karena kesalahan
sistem dalam distribusi pendapatan atau bisa jadi karena sistem yang ada belum
diaplikasikan secara maksimal dalam kehidupan.
Menurut laporan Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD)
kesenjangan antara penduduk kaya dan miskin di antara negara-negara anggotanya
semakin melebar. Hal
senada juga terjadi di Indonesia. Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics
and Finance (Indef) Eko Listianto mengatakan, berdasarkan teori Koefisien Gini
yang melihat ketimpangan berdasarkan distribusi pendapatan suatu negara,
Indonesia memiliki peringkat koefisien sebesar 0,43 akhir tahun 2014 lalu.
Angka tersebut meningkat dari tahun 2004-2005 lalu yang hanya berkisar di angka 0,34-0,35. Berdasarkan klaim
pemerintah, ada peningkatan pendapatan baik di penduduk kaya maupun miskin.
Hanya saja peningkatan pendapatan di penduduk miskin kalah cepat dengan
penduduk kaya.Ini disebabkan banyak faktor salah satu yang utama adalah
pertumbuhan di sejumlah sektor yang juga mengalami ketimpangan. Saat ini
sektor-sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan umumnya tak menyerap banyak
tenaga kerja.
Menurut Dumairy (1996, h.53-54), distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduk di negara tersebut. Terdapat berbagai kriteria atau tolak ukur untuk menilai kemerataan distribusi tersebut, diantaranya ada beberapa cara, yaitu :
Menurut Dumairy (1996, h.53-54), distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduk di negara tersebut. Terdapat berbagai kriteria atau tolak ukur untuk menilai kemerataan distribusi tersebut, diantaranya ada beberapa cara, yaitu :
·
Kurva Lorenz
Kurva Lorenz menggambarkan
distribusi kumulatif pendapatan nasional di kalangan lapisan-lapisan penduduk,
secara kumulatif pula. Kurva ini pula memperlihatkan hubungan
kuantitatif antara persentase jumlah penduduk dan persentase pendapatan yang
diperoleh selama kurun waktu tertentu, biasanya setahun.
Kurva Lorenz terletak di dalam
sebuah bujur sangkar yang sisi vertikalnya melambangkan persentase kumulatif
pendapatan nasional, sedangkan sisi horizontalnya mewakili persentase kumulatif
penduduk. Kurva Lorenz “ditempatkan” pada diagonal utama bujur sangkar
tersebut.
(a) Jika Kurva Lorenz semakin dekat dari diagonal
(semakin lurus), maka kurva tersebut mencerminkan keadaan yang semakin merata
(b) Jika kurva lorenz semakin jauh dari diagonal
(semakin lengkung), maka kurva tersebut mencerminkan keadaan yang semakin
buruk, yaitu distribusi pendapatan nasional semakin timpang atau tidak merata.
·
Rasio Gini
Rasio
Gini atau koefisien adalah alat mengukur derajat ketidakmerataan distribusi
penduduk. Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah ukuran ketidakmerataan atau
ketimpangan agregat (secara keseluruhan) yang angkanya berkisar antara nol
(pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan yang sempurna). Koefisien Gini
dapat diperoleh dengan menghitung rasio bidang yang terletak antara garis
diagonal dan kurva Lorenz dibagi dengan luas separuh bidang di mana kurva
Lorenz itu berada.
Suatu
distribusi pendapatan makin merata jika nilai Koefisien Gini mendekati nol (0).
Sebaliknya, suatu distribusi pendapatan dikatakan makin tidak merata jika nilai
Koefisien Gininya makin mendekati satu. Perhatikan tabel berikut:
Tabel: Patokan
Nilai Koefisien Gini
·
Kriteria bank dunia
Saat
ini, Bank Dunia membagi negara-negara di dunia dalam empat kelompok
pendapatan, yakni kelompok negara berpendapatan rendah dengan pendapatan per
kapita per tahun sebesar US$995 ke bawah, negara berpendapatan menengah ke
bawah di kisaran US$996-3.895, negara berpendapatan menengah ke atas
US$3.896-12.055, dan negara pendapatan tinggi atau maju yakni di atas
US$12.056. Adapun pada akhir tahun lalu, Indonesia mencatatkan pendapatan
nasional per kapita sebesar US$ 3.840.
Ia
menjelaskan pada rentang waktu 1996 hingga 2016, tiap 1% kenaikan penduduk
Indonesia di perkotaan hanya menciptakan peningkatan 1,4% terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) per kapita. Ini sangat kecil dibanding negara-negara
berkembang lain di Asia Timur dan Pasifik yang dapat menciptakan 2,7% PDB per
kapita.
Selain
koofisien gini, dalam menilai pendapatan nasional dapat menggunakan kriteria
yang di tetapkan oleh Bank Dunia. Adapun standar Bank Dunia Adalah sebagai
berikut :
·
Faktor faktor penyebab terjadinya kemiskinan
Secara umum,
definisi kemiskinan adalah suatu kondisi ketika seseorang atau kelompok tidak
mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan pangan, sandang,
tempat tinggal, pendidikan dan kesehatan yang layak.
Hal ini juga
biasanya ditentukan oleh pemerintah melalui penetapan garis kemiskinan yang
ditentukan dengan ekonomi. Karena tingkat kesejahteraan masayarakat ditentukan
oleh kebijakan ekonomi pemerintah. Jadi kemiskinan bisa juga disebabkan oleh
gagalnya perkembangan ekonomi yang direncanakan pemerintah.
Setiap negara
memiliki anggota masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan, tentunya di
setiap negara permasalahan kemiskinan ini telah menjadi masalah yang global.
Kemiskinan juga dapat diartikan sebagai kekuarangan dalam kesejahteraan dan
perampasan terhadap kebebasan untuk mencapai sesuatu dalam hidup seorang
manusia.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kemiskinan adalah :
1.
Tingkat pendidikan yang rendah
Pendidikan merupakan
kebutuhan pokok yang harus dipenuhi setiap orang. Bila seseorang tidak memenuhi
kebutuhan pokoknya, tersebut tidak dapat dipenuhi oleh orang tersebut, dapat
disimpulkan bahwa itulah penyebab kemiskinan.
Dalam kontek ini penyebab kemiskinan adalah kebutuhan
pokok yang merupakan pendidikan. Tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan
seseorang cenderung kurang memiliki keterampilan, wawasan, dan pengetahuan yang
memadai untuk kehidupannya.
Sedangkan untuk dunia kerja maupun dunia usaha,
pendidikan adalah modal untuk bersaing dalam mendapatkan kesejahteraan nantinya.
Oleh karena itulah terjadi banyak pengangguran dan penyebab kemisikinan
disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah ini.
2.
Malas bekerja/berusaha
Hal ini yang paling sering menjangkiti seseorang
yang tak ingin maju dan beranggapan bahwa kemiskinan itu adalah takdir. Hal-hal
tersebut membuat seseorang tidak bergairah dan bersikap acuh tak acuh untuk
bekerja, dan mengantarkan mereka kepada kemiskinan dan membuat kesejahteraannya
menghilang.
3. Terbatasnya
Lapangan Pekerjaan
Keterbatasan
lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi masyarakat. Secara
ideal seseorang harus mampu menciptakan lapangan kerja baru sedangkan secara
faktual hal tersebut sangat kecil kemungkinanya bagi masyarakat miskin karena
keterbatasan modal dan keterampilan.
T
E R I M A K A S I H
Daftar pustaka
Permana
A., (2012). Benefit Incidence Analysis Terhadap Bantuan Operasional
Sekolah Untuk SMP Swasta di Kota Semarang. Skripsi S1, Program Sarjana Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Tahun 2012
https://blog.ruangguru.com/pendapatan-perkapita-dan-distribusi-pendapatan-nasional
https://berkas.dpr.go.id/puskajianggaran/kamus/file/kamus-17.pdf
https://katadata.co.id/berita/2019/10/03/bank-dunia-ri-belum-mampu-naik-kelas-dari-negara-menengah-bawah
https://www.zaipad.com/faktor-penyebab-kemiskinan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar