Nama : Bela
Ananda Kurniawati
Kelas : 1EB16
NPM : 21219317
Pengaruh Pandemi Covid-19 Terhadap Penurunan Nilai Ekspor-Impor di
Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 2020 ini, tidak
ada yang mengira bahwa Covid-19 akan menjadi pandemi global dalam waktu yang
sangat cepat. Saat ini, virus Covid-19 bukan lagi hanya sekadar masalah
kesehatan. Efek yang paling ditakutkan dari pandemi Covid-19 ini adalah
lumpuhnya sistem perekonomian secara global. Virus Covid-19 ini telah menyeret
perekonomian global ke sisi jurang krisis ekonomi yang diperkirakan sangat
dalam. Bahkan, beberapa negara telah memperlihatkan gejala kelumpuhan
ekonominya dengan pemberlakuan penguncian (lockdown) terhadap seluruh aktivitas
perekonomiannya.
Salah satu sektor yang
terpengaruh dengan adanya Covid-19 adalah kegiatan ekspor-impor baik di dunia
maupun di Indonesia. Pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Awalnya
PSBB hanya dilakukan di provinsi DKI Jakarta saja namun seiring meluasnya
penyebaran virus maka kebijakan PSBB semakin diperluas hampir diseluruh
Indonesia. Dengan adanya PSBB tentunya membawa pengaruh terhadap perekonomian,
banyak perusahan yang sudah mulai menghentikan produksinya dan merumahkan
karyawannya.
Berdasarkan peristiwa yang
sudah dijelaskan diatas, saya akan menuliskan tentang “Pengaruh Pandemi
Covid-19 Terhadap Penurunan Nilai Ekspor-Impor di Indonesia”
1.2 Masalah
1. Apa saja faktor
yang mempengaruhi ekspor-impor ?
2. Seberapa besarkah pengaruh pandemi Covid-19 terhadap ekspor-impor di Indonesia?
3. Dalam sektor ekspor-impor, sektor apakah yang sangat terpengaruh akibat pandemi Covid-19?
2. Seberapa besarkah pengaruh pandemi Covid-19 terhadap ekspor-impor di Indonesia?
3. Dalam sektor ekspor-impor, sektor apakah yang sangat terpengaruh akibat pandemi Covid-19?
4. Bagaimanakah
upaya pemerintah dalam menyelamatkan kegiatan ekspor-impor di Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui
faktor yang mempengaruhi ekspor-impor.
2. Dapat mengetahui
pengaruh pandemi Covid-19 terhadap ekspor-impor.
3. Dapat mengetahui
sektor ekspor-impor yang sangat terpengaruh akibat pandemi Covid-19.
4. Dapat mengetahui
upaya pemerintah dalam menyelamatkan kegiatan ekspor-impor di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Wabah Covid-19
Virus corona jenis baru yang tengah menyerang masyarakat
dunia saat ini dalam istilah kedokteran disebut sebagai 2019 Novel Coronavirus
(2019-nCoV). Dikutip dari Center for Disease Control and Prevention, cdc.gov,
virus corona merupakan jenis virus yang diidentifikasi sebagai penyebab
penyakit pada saluran pernapasan, yang pertama kali terdeteksi muncul di Kota
Wuhan, Tiongkok.
Virus ini diketahui pertama kali muncul di pasar hewan dan
makanan laut di Kota Wuhan. Dilaporkan kemudian bahwa banyak pasien yang
menderita virus ini dan ternyata terkait dengan pasar hewan dan makanan laut
tersebut. Orang pertama yang jatuh sakit akibat virus ini juga diketahui
merupakan para pedagang di pasar itu.
Penyebaran virus yang belum ditemukan penawarnya itu
hingga kini tak terkendali. Sudah lebih dari 200 negara di dunia melaporkan
adanya kasus terpapar virus corona. Di Indonesia kasus ini pertama kali
ditemukan pada dua warga Depok, Jawa Barat awal Maret lalu. Sejak saat itu
pemerintah mulai memberi himbauan kepada masyarakat untuk melakukan semua
aktivitas dirumah saja seperti bekerja, sekolah, sampai dengan ibadah. Hal ini
dilakukan sebagai upaya memutus rantai penyebaran virus.
2.2 Kegiatan Ekspor-Impor
Ekspor merupakan kegiatan mengeluarkan
barang dari daerah pabean.[1]
Daerah pabean ini merupakan suatu bagian wilayah dari Republik Indonesia yang
meliputi wilayah darat, wilayah perairan dan juga ruang udara di atasnya, juga
meliputi tempat-tempat tertentu yang ada dalam Zona Ekonomi Eksklusif serta
landas kontinen. Secara sederhana, ekspor diartikan sebagai kegiatan
mengeluarkan barang dari dalam negeri ke luar negeri dengan memenuhi ketentuan
dan peraturan yang berlaku.
Kegiatan ekspor biasanya
dilakukan suatu negara apabila negara menghasilkan produksi barang dalam jumlah
besar dan kebutuhan akan barang tersebut sudah terpenuhi di dalam negerinya
sehingga dikirimkanlah produksi barang tersebut ke negara yang tidak bisa
memproduksi barang tersebut ataupun dikarenakan jumlah produksi barang di
negara tujuan tidak terpenuhi.
Tujuan dan manfaat yang
didapatkan dari kegiatan ekspor barang dari dalam ke luar negeri adalah
menumbuhkan industri dalam negeri, mengendalikan harga produk, dan menambah
devisa Negara. Indonesia juga memiliki komoditas terbesar untuk di ekspor
keluar negeri yaitu komoditas karet, produk tekstil, kelapa sawit, produk hasil
hutan (kayu dan pulp kertas), dan kakao.
Sedangkan kegiatan impor merupakan
kegiatan memasukan barang ke Daerah Pabean atau juga merupakan kegiatan
pembelian barang atau jasa dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri. Misalnya, Indonesia tidak memiliki komoditas gandum sehingga untuk
memenuhi pasokan dan kebutuhan gandum dalam negeri perlu mendatangkan gandum
dari negara produsen gandum ke Indonesia.
Sama halnya dengan kegiatan
ekspor, kegiatan pengiriman barang impor dengan skala besar memerlukan
pendampingan dari bea cukai. Biasanya, pemerintah akan menaikan tarif pajak
terhadap produk impor kepada para importir. Hal ini menyebabkan barang impor
memiliki harga yang lebih mahal karena di dalam harga tersebut telah dikenai
pajak yang selanjutnya ditanggung oleh para konsumennya.
Tujuan paling utama dari kegiatan
impor adalah memenuhi kebutuhan dalam negeri. Aktivitas ekspor dan impor
merupakan salah satu wujud dari inter-konektivitas setiap negara. Tidak ada negara
yang mampu hidup mandiri. Sedangkan, manfaat dari kegiatan impor itu sendiri
adalah memungkinkan suatu negara untuk memperoleh bahan baku, barang dan jasa
suatu produk yang jumlahnya terbatas di dalam negeri ataupun yang tidak bisa
dihasilkan di dalam negeri. Hal ini secara tidak langsung mendukung stabilitas
negara. Contoh produk yang banyak diimpor ke Indonesia diantaranya bahan baku
dan sektor pangan.
2.3 Faktor yang Mempengaruhi
Ekspor-Impor.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan
ekspor-impor diantaranya[2],
pertama Penguasaan Ilmu Pengetahuan & Teknologi. Negara-negara dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi akan mampu memproduksi
barang dan jasa yang lebih banyak, berkualitas, dan tentunya efisien
dibandingkan dengan negara yang lambat akan IPTEK-nya. Hal ini bisa terjadi
karena pemanfaatan teknologi sangat menghemat biaya produksi dan mampu
menghasilkan barang yang lebih banyak. Negara dengan teknologi yang lebih maju
cenderung melakukan spesialisasi dalam memproduksi barang, sedangkan barang
yang bukan produk sendiri akan dibeli dari negara lain.
Kedua, Perbedaan Kekayaan Sumber Daya Alam. Setiap negara
memiliki keadaan geografis yang berbeda- beda, sehingga perbedaan tersebut
menjadikan setiap negara memiliki kekayaan sumber daya alam yang berbeda-beda
pula. Pada dasarnya, sumber daya alam adalah faktor produksi negara. Oleh
karena itu, setiap negara memiliki keanekaragaman kondisi produksi.
Ketiga, Perbedaan Selera. Selera ternyata dapat
mempengaruhi kegiatan ekspor-impor. Terjadinya perbedaan kebudayaan, sistem
politik, pandangan hidup, dan tatanan sosial menyebabkan terjadinya selera
terhadap berbagai jenis komoditas.
Keempat, Perbedaan Iklim. Perbedaan iklim setiap negara
menyebabkan terbatasnya potensi sumber daya alam. Akibatnya, tidak semua barang
untuk memenuhi kebutuhan dapat dipenuhi sendiri oleh negara tersebut. Oleh
karena itu, negara akan mengimpor dari negara lain.
Kelima, Keinginan Memperluas Pasar & Menambah
Keuntungan. Ada kalanya para produsen menjalankan produksinya dengan tidak
maksimal karena takut mengakibatkan kelebihan produksi sehingga menyebabkan
kerugian. Namun, beberapa produsen sengaja melakukan produksi besar-besaran
untuk menambah keuntungan sehingga akan mendorong mereka untuk melakukan
ekspor-impor.
Keenam, Kelebihan atau Kekurangan Produk dalam Suatu
Negara. Kelebihan produk pada suatu negara (surplus) dan kekurangan kas dalam
suatu negara (defisit) adalah suatu hal yang terjadi karena adanya perbedaan
sumber daya alam dan kemajuan antara negara satu dan lainnya. Terjadinya
surplus menyebabkan negara yang bersangkutan akan menjual hasil produknya ke
negara lain, sedangkan negara yang mengalami defisit akan membeli barang dari
luar negeri melalui ekspor-impor.
2.4 Pengaruh Pandemi
Covid-19 Terhadap Ekspor-Impor di Indonesia
Akibat penyebaran pandemi virus corona atau Covid-19 menekan
aktivitas perdagangan. Bahkan, Bank Indonesia (BI) telah memperkirakan pertumbuhan
ekspor nasional akan jatuh ke kisaran minus 5,2% sampai minus 5,6% pada tahun
ini[3]. Pertumbuhan
ekspor akan tertekan akibat melemahnya pertumbuhan ekonomi global, penurunan
volume perdagangan, dan rendahnya harga komoditas. Selain kegiatan ekspor
barang, ekspor jasa juga diperkirakan tertahan akibat kunjungan wisata yang
terkena imbas dari virus corona.
Sejalan dengan prospek pelemahan ekspor, impor pun juga
akan terpuruk. Proyeksi BI, laju impor minus 8,9% sampai minus 9,3% pada tahun
ini. Hal ini terjadi karena investasi non bangunan yang lemah menyebabkan impor
barang modal juga tertahan. Selain itu,
impor juga terkena dampak dari kebijakan penurunan impor yang sebelumnya sudah
digencarkan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Misalnya, melalui
kebijakan revisi batas bea masuk barang impor, percepatan program mandatori
B30, hingga optimalisasi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) di proyek
kelistrikan dan lainnya.
Covid-19 ini mempengaruhi kegiatan ekspor impor antara
Indonesia dengan beberapa Negara lain seperti China. India, dan Taiwan.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa
Badan Pusat Statistik (BPS) Yunita Rusanti mengungkapkan baik ekspor maupun
impor dari China ke Indonesia atau sebaliknya mengalami penurunan[4].
Nilai ekspornya turun 11,63% dan impornya turun 49,63%, jadi penurunan ini
dapat dikatakan cukup signifikan. Dari data BPS penurunan ekspor non migas dari
China tercatat US$ 245,5 juta untuk jenis besi dan baja, tembaga, pulp dan
kayu.
Kemudian ekspor-impor antara India dan Indonesia turun US$
128,5 juta dengan jenis lemak dan minyak, pupuk dan bahan kimia anorganik. Selanjutnya
untuk Taiwan turun US$ 58 juta penurunan terjadi untuk bahan bakar dan mineral.
Jerman juga turun US$ 34,8 juta karena penurunan ekspor lemak, minyak hewan
nabati. Terakhir Belanda juga mengalami penurunan ekspor sebesar US$ 26,1 juta.
2.5 Sektor Ekspor-Impor yang
Terpengaruh Dengan Adanya Pandemi Covid-19
Secara garis besar, ekspor Indonesia terdiri dari dua
macam, yaitu: Minyak bumi dan gas alam
(Migas), dan Non-migas. Barang-barang yang termasuk migas antara lain : minyak
tanah, bensin, solar dan elpiji. Sedangkan, barang-barang yang termasuk non
migas antara lain: hasil pertanian dan perkebunan (karet, kopi dan kopra);
hasil laut (ikan dan kerang); hasil industri (kayu lapis, minyak kelapa sawit,
pupuk, kertas dan bahan kimia); serta hasil tambang non migas (bijih nikel,
bijih tembaga dan batu bara).
Salah satu sektor ekspor-impor yang sangat terpengaruh
akibat adanya pandemi Covid-19 adalah sektor perminyakan. Sejak pertengahan
Maret 2020, harga minyak dunia terpantau merosot tajam hingga 30%. Turunnya harga minyak bisa membuat harga BBM
turun, tetapi juga membuat penerimaan negara berkurang. Anjloknya harga minyak
dunia berpotensi menyebabkan resesi ekonomi. Sebab, turunnya harga minyak
membuat harga komoditas seperti sawit dan batu bara ikut turun.
Hal itu lantaran harga minyak sering menjadi acuan harga
komoditas ekspor unggulan. Ini sangat berbahaya pengaruhnya buat kinerja ekspor
pada 2020. Sebelumnya virus corona sudah menurunkan kinerja neraca dagang,
ditambah perang harga minyak bisa memicu resesi ekonomi. Apalagi situasi
ekonomi saat ini tak kondusif. Menurut Peneliti Institute for Development of
Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menyebut kepanikan sedang
melanda pasar keuangan. Hal itu terlihat dari penurunan Indeks Harga Saham
Gabungan atau IHSG hingga 6.9% dalam sepekan[5].
Turunnya harga minyak dipastikan membuat Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) dari migas akan menurun. Apalagi, harga minyak saat ini
dibawah asumsi APBN. Harga minyak yang rendah bisa berdampak buruk terhadap
proyek hulu migas karena kegiatan hulu migas bisa tak ekonomis jika harga
minyak terus turun. Meskipun, jika harga minyak mentah dunia terus turun, maka
biaya produksi juga akan semakin meningkat. Oleh karena itu, telah disiapkan
beberapa langkah antisipasi agar proyek hulu migas perusahaan tidak terganggu.
Di antaranya dengan efisiensi dan optimalisasi kerja perusahaan.
Turunnya harga minyak dunia juga diakibatkan lantaran
Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak Dunia (OPEC) dan Rusia gagal mencapai
kesepakatan mengenai pengurangan produksi yang menyebabkan Arab Saudi memangkas
harga lantaran bakal meningkatkan produksi minyaknya. Hal itu mendorong adanya
perang harga di antara anggota OPEC. Ditambah lagi saat ini ekonomi dunia juga
dalam kondisi tertekan akibat wabah virus corona yang menghentikan sebagian
besar aktivitas perdagangan dan perekonomian di dunia.
Berdasarkan pemantauan di Bloomberg, harga minyak mentah
acuan Brent merosot 28,67 persen atau 12,98 dollar AS per barrel menjadi 32,29
dollar AS per barrel[6].
Adapun untuk harga minyak mentah acuan AS West Texas Intermediate (WTI)
terpangkas 31,59 persen sebesar 13,04
dollar AS per barrel menjadi 28,24 dollar AS per barrel. Di dalam APBN,
pemerintah mengasumsikan harga minyak dunia di level 63 dollar AS per barrel.
Meskipun harga minyak dunia turun, harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) di Indonesia belum bisa turun. Walaupun, harga minyak dunia secara umum
menjadi salah satu faktor penentu harga BBM di Indonesia. Harga minyak dunia
turun tetapi yang dimaksud itu hanyalah minyak mentah yang merupakan bahan baku
untuk membuat BBM. Sedangkan, Pertamina menggunakan minyak tersebut untuk
diolah lebih lanjut di kilang hingga menghasilkan BBM. Produk hasil tersebut
baru akan tersedia bagi masyarakat dalam waktu beberapa bulan, sementara harga
minyak yang berlaku adalah pada saat pembelian.
Permintaan terhadap minyak sendiri saat ini mengalami
penurunan. Hal ini dikarenakan lockdown yang berlaku dibeberapa Negara di dunia
dan memperlambat pergerakan masyarakat secara drastis. Di Indonesia sendiri,
pemerintah telah menetapkan berlakunya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
dimana sebagian besar masyarakat mengurangi aktivitasnya diluar rumah.
Masyarakat dianjurkan untuk melakukan kegiatan Work From Home (WFH), sekolah
dan beribadah di rumah. Selain itu, dengan adanya virus Covid-19 banyak
perusahaan yang merumahkan karyawannya dan mengurangi kegiatan produksinya
sehingga permintaan terhadap minyak semakin berkurang.
2.6 Upaya Pemerintah dalam
Menyelamatkan Kegiatan Ekspor-Impor di Indonesia.
Untuk menanggapi masalah yang timbul akibat pandemi
Covid-19 ini presiden bersama para menteri membahas langkah apa yang harus
diambil. Pemerintah tengah merumuskan sejumlah kebijakan untuk melancarkan
ekspor dan impor. Ada empat kebijakan
untuk menstimulus perdagangan guna menekan dampak penyebaran virus Covid-19
terhadap perekonomian[7].
Diharapkan dengan stimulus ini dapat mendorong kelancaran arus barang, baik
ekspor maupun impor.
Langkah pertama,
pemerintah akan menyederhanakan berbagai ketentuan larangan-pembatasan
(lartas) atau Tata Niaga Ekspor. Contohnya, penyederhanaan Sistem Verifikasi
Legalitas Kayu (SVLK), health certificate, Surat Keterangan Asal, dan lainnya. Kedua,
pemerintah akan mengurangi lartas impor dan melakukan percepatan proses impor,
terutama untuk barang yang diimpor oleh 500 importir terpercaya (reputable
importer) . Ketiga, pengurangan
lartas khususnya untuk impor bahan baku.
Langkah tersebut dilakukan untuk memperlancar pasokan bahan baku dan bahan
penolong industri agar kegiatan produksi tak terganggu. Keempat, pemerintah
akan mengurangi biaya logistik dengan melakukan efisiensi proses logistik,
misalnya dengan mendorong integrasi Indonesia National Single Window (INSW)
dengan Inaportnet melalui pembentukan National Logistics Ecosystem untuk
mengurangi biaya logistik di pelabuhan.
Mengenai langkah keempat, diharapkan akan membantu
industri mendapat jaminan pasokan bahan baku dan tetap menjaga serta
meningkatkan ekspornya. Para importir terpercaya bisa langsung diberikan izin
impor otomatis. Dengan kemudahan tersebut, biaya logistik impor akan semakin
murah karena jika logistik tidak lancar, biaya pengangkutan hingga biaya
pelabuhan menjadi mahal maka bebannya akan dirasakan oleh konsumen.
BAB III
KESIMPULAN
Virus yang
saat ini heboh dan berasal dari Wuhan, Tiongkok adalah Covid-19 atau virus
corona. Virus tersebut merupakan jenis coronavirus baru yang sebelumnya belum
pernah ditemukan. Virus ini datang dari hewan dan biasanya menular pada mereka
yang bekerja di pasar hewan atau tempat penyembelihan hewan. Penyebaran virus
yang belum ditemukan penawarnya itu hingga kini tak terkendali. Sudah lebih
dari 200 negara di dunia melaporkan adanya kasus terpapar virus corona.
Secara
sederhana, ekspor diartikan sebagai kegiatan mengeluarkan barang dari dalam
negeri ke luar negeri dengan memenuhi ketentuan dan peraturan yang berlaku. Sedangkan
kegiatan impor merupakan kegiatan pembelian barang atau jasa dari negara lain
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tujuan dari kegiatan ekspor-impor
adalah untuk menumbuhkan industri dalam
negeri, mengendalikan harga produk, menambah devisa negara, dan memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Akibat penyebaran pandemi virus corona atau Covid-19
menekan aktivitas perdagangan. Bank Indonesia (BI) telah memperkirakan pertumbuhan
ekspor nasional akan jatuh ke kisaran minus 5,2% sampai minus 5,6% pada tahun
ini. Pertumbuhan ekspor akan tertekan akibat melemahnya pertumbuhan ekonomi
global, penurunan volume perdagangan, dan rendahnya harga komoditas. Sejalan dengan prospek pelemahan ekspor,
impor pun juga akan terpuruk. Proyeksi BI, laju impor minus 8,9% sampai minus
9,3% pada tahun ini. Hal ini terjadi karena investasi non bangunan yang lemah
menyebabkan impor barang modal juga tertahan.
Salah satu sektor ekspor-impor yang sangat terpengaruh
akibat adanya pandemi Covid-19 adalah sektor perminyakan. Sejak pertengahan
Maret 2020, harga minyak dunia terpantau merosot tajam hingga 30%. Turunnya
harga minyak dunia juga diakibatkan lantaran Organisasi Negara-negara Eksportir
Minyak Dunia (OPEC) dan Rusia gagal mencapai kesepakatan mengenai pengurangan
produksi yang menyebabkan Arab Saudi memangkas harga lantaran bakal
meningkatkan produksi minyaknya.
Ada empat kebijakan untuk menstimulus perdagangan guna
menekan dampak penyebaran virus Covid-19 terhadap perekonomian. Langkah
pertama, pemerintah akan menyederhanakan
berbagai ketentuan larangan-pembatasan (lartas) atau Tata Niaga Ekspor. Kedua,
pemerintah akan mengurangi lartas impor dan melakukan percepatan proses impor,
terutama untuk barang yang diimpor oleh 500 importir terpercaya (reputable
importer) . Ketiga, pengurangan
lartas khususnya untuk impor bahan baku.
Langkah tersebut dilakukan untuk memperlancar pasokan bahan baku dan bahan
penolong industri agar kegiatan produksi tak terganggu. Keempat, pemerintah
akan mengurangi biaya logistik dengan melakukan efisiensi proses logistik.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4940891/virus-corona-bikin-ekspor-impor-ri-meriang
[2] Novia
Widya Utami, “6 Faktor Pendorong
Terjadinya Perdagangan Internasional”
(
https://www.jurnal.id/id/blog/2017-6-faktor-pendorong-terjadinya-perdagangan-internasional,
Diakses pada 22 Februari 2019, 2019)
[3] CNN
Indonesia, “BI Ramal Ekspor Anjlok Hingga
Minus 5,6 Persen Karena Corona” (https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200330171554-532-488382/bi-ramal-ekspor-anjlok-hingga-minus-56-persen-karena-corona,
Diakses pada 30 Maret 2020, 2020)
[4] detikFinance,
“Virus Corona Bikin Ekspor-Impor RI
'Meriang'” (https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4940891/virus-corona-bikin-ekspor-impor-ri-meriang,
Diakses pada 16 Maret 2020, 2020)
[5] Ratna
Iskana, “Dampak Anjloknya Harga Minyak
Dunia Terhadap Ekonomi dan Migas RI” (https://katadata.co.id/berita/2020/03/10/dampak-anjloknya-harga-minyak-dunia-terhadap-ekonomi-dan-migas-ri,
Diakses 10 Maret 2020, 2020)
[6] Kompas, “Harga Minyak Dunia Anjlok, Ini Dampaknya
Menurut Sri Mulyani” (https://money.kompas.com/read/2020/03/09/133400126/harga-minyak-dunia-anjlok-ini-dampaknya-menurut-sri-mulyani?page=1,
Diakses pada 9 Maret 2020, 2020)
[7] Rizky
Alika, “Tangkal Dampak Corona, Pemerintah Siapkan Stimulus Ekspor Impor” (https://katadata.co.id/berita/2020/03/04/tangkal-dampak-corona-pemerintah-siapkan-stimulus-ekspor-impor,
Diakses pada 14 Mei 2020, 2020)